Friday 9 October 2015

FF When Rain Comes - Part 2

Note : This is not my own story. I remake it from manga which I red in 2005. But I forget tittle and the writer. Please Enjoy it ^^


sebelumnya di FF When Rain Camoes - Part 1

“Hyena… sini!” Kyuhyun tiba-tiba menarik tanganku, dia membawaku ke pinggir sungai dan menghadapkanku ke sebuah gunung. Perlahan mentari muncul di balik gunung itu dan seiring dengan itu, keadaan gelap berubah terang. Aku terkesima menatap keindahan alam di depanku ini, aku menoleh ke arah Kyuhyun, kulihat dia tak kalah terkesimanya dibanding aku, bahkan kulihat ada perasaan bangga dalam senyumnya, seakan dia ingin bilang, inilah desaku yang keindahannya tidak akan kau dapatkan di tempat lain.
Kami menangkap ikan dengan tangan kosong, awalnya aku sangsi kami akan menangkap banyak ikan tanpa alat bantu namun kelihaian dua orang pemuda yang bersamaku menumbangkan kesangsianku. Aku jadi gregetan melihat keberhasilan mereka sehingga terpancing untuk menangkap ikan-ikan itu. Huh… menyebalkan! Setelah lama berputar-putar namun tak ada satupun yang kutangkap. Byur…aku kejebur saat mencoba menangkap ikan emas yang lalu lalang di dekat kakiku,
“Wha…ha…ha…!!!” Kyuhyun terbahak melihatku yang basah kuyub, tawanya melukai perasaanku. Byur… kugalah kakinya hingga dia sukses mendarat di air bahkan keadaannya lebih tragis dari model jatuhku,
“Aku tidak suka ditertawai seperti itu, arasso!” bentakku,
Hyung juga menertawaimu tapi kenapa yang kau balas cuma aku?!” protesnya sambil mengusap-usap pinggangnya. Aku menoleh pada Appa,
“Damai…damai!” ucap Appa membujukku,
“Appa…!” teriakku, “Beraninya Appa menertawai putri Appa sendiri!” aku segera mengejarnya yang sudah berlari menyelamatkan diri.

Huf… setelah lelah menangkap ikan-ikan, aku dan yang lain beristirahat di tepi sungai, kulihat Appa dan Kyuhyun mencari kayu bakar. Usai mengembalikan semua tenagaku dan sepertinya sudah terkumpul banyak kayu bakar, Appa mengajakku ke sawah. Kami pun segera ke sawah, di sana telah menunggu Haermoni dan Harboji. Selanjutnya kami makan siang dengan ikan bakar, hasil tangkapanku, Appa, dan Kyuhyun, ehm… meski aku tidak berhasil menangkap seekorpun, tapi setidaknya aku telah membantu mereka menggiring ikan-ikan itu ke pukat yang mereka bawa.
~~♥ when rain comes ♥~~
“Hyena…!” Appa mengetuk pintuku, aku membuka pintu dan jreng… penampilan Appa rapi sekali, bayangkanlah penampilan anak muda di jaman Appa yang meski jadul namun Appaku tetap terlihat menawan. “Kau mau ikut ke pasar malam?!” tanya Appa. Tentu saja aku mau daripada tinggal di kamar kehabisan darah karena ditemani nyamuk.
Hyung…!!!” kulihat Kyuhyun melambai dari jauh dan berlari ke arah kami,
“Dia juga mau ikut?!” tanyaku dengan nada protes,
Yaa… memangnya kenapa kalau aku ikut?!” Kyuhyun juga protes padaku, uh… aku mengerucutkan bibirku dan berjalan di depan. Setibanya di pasar malam, aku hanya dapat bungkam, ini pengalaman yang tak akan kulupakan, aku berjanji! Aku berada di tempat hiburan orang jaman dulu, bayangkan sajalah sendiri. Tentu ini beda dengan Seoul abad millennium, aku seperti kembali ke jaman di mana kostum Wonder Girls -Girl band favoritku- menjadi trend!
Hyung… itu dia!” seru Kyuhyun pada Appaku, penglihatanku mengikuti telunjuk Kyuhyun, seorang gadis yang cukup cantik.
“Nuga?!” tanyaku pada Kyuhyun, siapa dia?
“Oh… dia gadis yang ditaksir Hyung!”
“Mwo?!” aku kaget, “Beraninya kau menjadi penguhubung antara Appaku dengan dia!” aku menarik kerah baju Kyuhyun.
“Weayo?” kenapa? Tanyanya,
“Kalau sampai Appaku jadian dengan gadis itu aku tidak akan lahir bodoh!” bisikku karena semua orang memandang kami.
“Benar juga!!” ucapnya, “Eh… tapi apakah benar kau putri Hyung?!” dia masih tidak percaya padaku?!!
“Kau masih meragukanku?! Mana mungkin aku bisa hapal nama keluarga Hyung-mu kalau dia bukan Appaku padahal kau belum pernah melihatku sebelumnya!!!!”
“Benar juga…”
“Huh…sudahlah! Pokoknya kau harus melakukan sesuatu untuk memisahkan mereka!” perintahku, diapun terpaksa berpura-pura sakit perut dan kami pulang lebih awal karena Appa harus menggendongnya sampai ke rumah.
Keesokan paginya aku terbangun saat mendengar suara gaduh di sekitar rumah, aku keluar dan melihat beberapa tetangga sedang mengangkut barang-barang mereka seperti akan pindah secara massal saja.
“Appa, mau ke mana mereka?” tanyaku pada Appa yang telah lebih dulu berdiri di depan rumah.
“Appa?!” Haerbojiku memandang heran pada kami,
“He…he… Aboji… dia tadi bilang Oppa kok!” Appa seketika menyumpal mulutku, “Panggil Oppa saja!” oh ya… aku tidak sadar kalau Haerboji tidak tahu apa-apa.
“Mau ke mana mereka Oppa?” tanyaku pada Appa, wuek… masa’ ayahku harus kupanggil kakak?
“Para warga akan pindah ke desa seberang karena menurut pemberituhuan aparat desa bahwa desa ini akan segera tenggelam, katanya akan ada banjir bandang yang merendam desa ini!” jelas Appa, wah… jadi danau yang kulihat itu adalah desa yang terendam ini!
“Appa… lebih baik kita pindah juga sebab desa ini memang akan tenggelam!”
“Kau bicara apa? Itu cuma ramalan dan terkaan orang-orang yang ingin mengusir kami dari desa ini!” Appa membalas dengan suara tinggi
“Tapi danau yang kulihat saat aku terperosok dan jatuh memang di sini lokasinya! Aku tidak bohong!”
“Kau ini bicara apa?” Haerboji memotong pembicaraanku dengan Appa
“Haerboji… aku tidak bohong, memang desa ini akan tenggelam, aku ingat betul, ini lokasi danau yang kulalui…” Appa langsung menyumpal mulutku dan membawaku ke dalam.

Aku berjalan bersama Haermoniku ke ladang, katanya kami akan memanen lobak untuk membuat kimchi.
“Dongsaeng!” seseorang mengagetkanku dari belakang, Kyuhyun! “Aku dengar dari Hyung, katanya sakitmu kumat lagi!”
“Ha…? Sakit apa?” tanyaku,
“Kau mengigau lagi, katanya desa kami akan jadi danau!”
Yaa… itu bukan igauan! Itu fakta!”
“Iya… iya… aku percaya padamu, jadi menurutmu kami harus ke mana?”
“Kalian harus pindah ke dataran yang lebih tinggi!”
“Betul juga!”
Yaa… kau mau ke mana?” tanyaku saat melihatnya membawa cangkul,
“Aku mau membantu Samchong dan Imo-ku di ladang, tenang saja… kita berseblahan kok jadi tak perlu takut jauh dariku!”
“Heh… kau bercanda?!” balasku sambil menginjak kakinya. Dia merintih di belakangku saat aku berlari mengejar Haermoni.

Malam ini Kyuhyun mengajakku ke sebuah tempat, aku tak tahu di mana yang jelas dia terus menggenggam tanganku mendaki sebuah bukit yang tidak begitu tinggi.
Yaa… kalau mau mendaki, waktu yang paling tepat adalah pagi hari, bukan malam begini!” tegurku pada Kyuhyun.
“Bukitnya tidak akan indah selain di malam hari!” balasnya. Dia terus menarik tanganku sampai akhirnya kami tiba di puncak.
Ommo!!!” aku terperanjat, “Jeongmal kyeopta!!!” ucapku tidak percaya, cantik sekali!!! Dia membawaku ke sarang kunang-kunang, aku sungguh tidak rela berkedip saat menyaksikan keindahan malam yang ditawarkan Kyuhyun. Kunang-kunang itu berkedap- kedip di tengah gelapnya bukit, sungguh menawan!
“Kenapa kau memandangku seperti itu?!” tanyaku agak risih saat dia sedari tadi memandangiku,
“Kau sangat cantik saat kau tersenyum, aku suka melihatnya!” aku jadi malu mendengar pujiannya. Kami bermain bersama mahluk kecil barcahaya itu, aku yakin Yamie pasti iri setengah mati kalau aku sekarang sedang bersenang-senang di tempat yang tak akan pernah dia jumpai di Seoul.
“Hyena… lebih baik kita pulang sekarang, Hyung nanti mencarimu!” ajak Kyuhyun
Andwe… aku masih mau melihat kunang-kunang ini!”
“Besok malam kita bisa ke sini lagi, kasihan orang di rumah kalau sampai panik!”
Aniyo!!” aku bertahan, tak kuhiraukan permintaan Kyuhyun, aku terus bermain bersama kunang-kunang itu. Setelah pegal aku baru mengajaknya pulang, itupun setelah membuatnya berjanji akan membawaku lagi ke bukit ini besok malam. Di depan rumah aku melihat Appaku mondar-mandir seperti setrika, wajah cemasnya berubah geram saat melihat aku dan Kyuhyun pulang. Bukkk… seketika pukulan Appa mendarat di pipi Kyuhyun.
“Kau bawa ke mana dia? Tahu tidak sekarang jam berapa?!” bentak Appa
Hyung… miane…” Kyuhyun meminta maaf
“Aku melepasmu pergi bersamanya karena aku percaya padamu, karena kau dongsaengku, tapi kau merusak kepercayaanku itu!” bentak Appa, “Hyena… ayo masuk!” perintah Appa, aku terus memandang Kyuhyun, aku benar-benar kasihan melihatnya. Gara-gara aku dia kena marah bahkan kena pukul dari Appa. “Hyena… masuk!” Appa menarik tanganku, aku memandang Kyuhyun, tak terasa air mataku jatuh.
“Ini semua salahku Appa, Kyuhyun sudah mengajakku pulang namun aku yang menolak!” aku mencoba membelanya
“Sudah malam, masuklah ke kamarmu, badanmu dingin sekali, lebih baik kau beristirahat!” perintah Appa. Aku masuk ke kamar, segera kubuka jendela,
“Kyu~a!” panggilku, langkahnya terhenti, “Miane…jeongmal miane…!” ucapku.
Gwencana!!!” tidak apa-apa, dia membentuk jarinya menjadi huruf V sambil tersenyum lebar. “Jaljjayo…” tidurlah, perintahnya.
Gomapta… malam ini kau telah menghiburku!”
Cheonmaneyo!” sama-sama, balasnya. Aku lupa kalau jam malam jaman ini berbeda dengan jam malam jamanku. Kalau di jamanku, anak muda dapat pulang lewat jam 12 malam, di sini jam 9 sudah kena marah.
~~♥ when rain comes ♥~~
            Pagi ini aku ngambek pada Appa gara-gara masalah semalam, meski aku sadari Appa melakukan itu karena sangat mengkhawatirkanku.
            “Sampai kapan kau mau ngambek begitu? Sudahlah… jangan dimasukkan ke hati!” bujuk Appa yang sibuk memakai seragam kerjanya, hari ini warga desa panen padi dan Appa akan membantu Haermoni dan Haerboji memotong padi. “Kau tak mau ikut?!” tanya Appa setelah memasang boot-nya, aku masih diam. “Baiklah… jaga rumah baik-baik, aku pergi dulu!” Appa pamit padaku.
            “Appa!!!” teriakku, “Aku ikut, aku tak mau sendirian di rumah!” ucapku.
            “Palli…!” cepatlah kalau begitu, seru Appa. Saat tiba di depan rumah Kyuhyun, Appa berhenti. “Kyu~a… palli! Nanti kita kesiangan!” teriaknya, sejurus kemudian Kyuhyun keluar dengan kostum yang tak jauh beda dengan appa, lengan panjang dan celana panjang, plus sepatu boot dan topi petani.
            “Huh… kau pasti baru bangun! Dasar pemalas,” ejek Appa,
            “Tidak kok, tadi aku ‘nyetor’ dulu!”
            “Hah…? Kau sudah cuci tangan belum?!”
            “Sudah kok!”
            “Pakai sabun kan’?”
            “Tentu saja!”
            “Oya… pukulanku semalam bagaimana?”
            “Tentu saja sakit!”
            “Miane… kau tahu kan aku ingin jadi petinju makanya kujadikan kau kelinci percobaanku!”
            “Wah… kau jahat sekali Hyung!” mereka saling berangkulan, aku melongo di belakang, jadi begini cara mereka berbaikan? “…em… jadi aku bisa mengajak Hyena jalan-jalan lagi?!”
            “Aniyo!” tolak Appa “Kalau pulang larut aku tak akan mengizinkanmu!” mereka lalu terbahak bersama, Kyuhyun menoleh ke belakang, ke arahku. Dia mengerlipkan sebelah matanya memberi tanda bahwa dia berhasil membujuk Appa agar kami bisa ke bukit itu lagi.

            Aku dan Kyuhyun terjebak hujan di jalan sementara Appa dan yang lain telah duluan pulang usai memanen padi.
            “Aish… kenapa hujan lagi?! huh…” aku terus mendengus dan mengleuh saat berlindung di bawah pohon.
            “Kalau kuperhatikan, sepertinya kau tidak suka hujan!” ucap Kyuhyun.
            “Sangat tidak suka tepatnya!” ucapku.
            “Waeyo?!” tanyanya,
            “Aku kehilangan harapanku karena hujan!” jawabku, dia menatapku heran, “Aku sangat ingin masuk ke SMU Shinwa, SMU Shinwa adalah SMU yang paling sering memberikan beasiswa bagi murid-muridnya untuk belajar ke luar negeri, memperdalam kemampuan menarinya namun kerana hujan aku jadi terlambat ikut tes masuknya!” ingatanku menerawang pada kecelakaan yang kualami di depan SMU Shinwa. “Sebuah mobil menyerempetku, supirnya tidak bisa melihat dengan jelas karena hujan lebat kala itu,” aku menarik napas dalam-dalam, “Kakiku luka dan aku tidak bisa berjalan normal selama beberapa bulan, yang paling menyakitkan… dokter bilang aku tak bisa menari lagi, padahal aku sangat ingin menjadi penari balet profesional,”
            “Aku suka hujan!” celetuk Kyuhyun, sepertinya dia mengajakku perang. “Hujan adalah rahmat bagi para petani, tanpa hujan mana mungkin kami dapat memanen padi, tanpa hujan kami mana bisa menangkap ikan di sungai, tanpa hujan mana mungkin kami dapat memperoleh hasil ladang. Aku suka hujan… sebab setelah langit hitam karena mendung maka akan terbit terang yang sangat mengagumkan!”
            “Sehabis hujan pastinya ada terang, dasar kau ini!!” ucapku
            “Oleh karena itu, di saat sebuah masalah terlihat begitu rumit itu pertanda akan datang jalan keluar yang menenggelamkan masalah itu! Seperti alur hujan, saat langit terlihat gelap maka pertanda terang telah dekat!”
“Sudahlah…lebih baik berceramah saja pada pohon!” aku pergi dari tempat itu,
“Hei… masih hujan!” teriaknya, tak kupedulikan dia, aku terus berjalan menerobos hujan lebat. Parkk…, awww… aku terpeleset, sandalku putus. “Gwencanayo?!” Kyuhyun tiba-tiba telah berada di sampingku.
“Apa pedulimu? Lihatlah… kalau tak hujan begini, jalan tidak mungkin becek dan aku tak perlu terpeleset!” aku segera berdiri, “Aduh…!” kakiku sepertinya keseleo, kucoba melangkah sekali lagi, aw… aku mengeluh sendiri.
“Ayo…naiklah ke punggungku, biar kugendong sampai ke rumah!” tawar Kyuhyun. Aku berpikir sejenak, aku kan lagi ngambek jadi tak boleh menerima bantuannya tapi… aku tidak bisa jalan. “Palli!!! Nanti Hyung marah padaku lagi!” aku teringat kejadian semalam, aku tak mau Kyuhyun dipukul Appa lagi, akupun menerima tawarannya.
“Kyu~a…” ucapku,
Nde…?” balasnya,
“Punggungmu hangat sekali!”
“Aku kan basah… kenapa kau bilang punggungku hangat?!”
Molla, yang jelas aku merasa nyaman makanya kubilang punggungmu hangat!!” Kyuhyun berjalan pelan sebab takut terpeleset, perlahan hujan mereda dan kamipun tiba di rumah. Haermoni segera memberi handuk padaku untuk mengeringkan badanku, Appa melihat kakiku yang bengkak,
“Appa… ini bukan salahnya Kyu, aku yang terpeleset sendiri!” aku buru-buru melapor sebelum Appa memukul Kyuhyun lagi.
“Aneh ya… mendengar Hyena memanggilmu Appa!” sindir Haermoni pada Appa.
“Sudahlah… cepat masuk, keringkan badanmu dan aku akan mengobati kakimu!” perintah Appa,
“Tapi… Kyu jangan dipukul lagi!” pintaku, Haermoni heran mendengarku, oya… Haermoni memang tidak tahu kejadian semalam.
“Irgh… masuklah, aku tidak akan melakukan itu lagi!” Appa buru-buru mendorongku memasuki rumah bersama Haermoni.

“Kyu…gomapta!” ucapku. Kulihat Appa berbicara bersama Kyuhyun, sepertinya sangat serius, tak apalah mau bicara apa yang jelas Appa tidak menonjok Kyuhyun lagi.

~~♥ when rain comes ♥~~
to be continued

No comments:

Post a Comment