Note : This is not my own story. I remake it from manga which I red in 2005. But I forget tittle and the writer. Please Enjoy it ^^
“Hyena…
sini!” Kyuhyun tiba-tiba menarik tanganku, dia membawaku ke pinggir sungai dan
menghadapkanku ke sebuah gunung. Perlahan mentari muncul di balik gunung itu
dan seiring dengan itu, keadaan gelap berubah terang. Aku terkesima menatap
keindahan alam di depanku ini, aku menoleh ke arah Kyuhyun, kulihat dia tak kalah
terkesimanya dibanding aku, bahkan kulihat ada perasaan bangga dalam senyumnya,
seakan dia ingin bilang, inilah desaku
yang keindahannya tidak akan kau dapatkan di tempat lain.
Kami
menangkap ikan dengan tangan kosong, awalnya aku sangsi kami akan menangkap
banyak ikan tanpa alat bantu namun kelihaian dua orang pemuda yang bersamaku
menumbangkan kesangsianku. Aku jadi gregetan melihat keberhasilan mereka
sehingga terpancing untuk menangkap ikan-ikan itu. Huh… menyebalkan! Setelah
lama berputar-putar namun tak ada satupun yang kutangkap. Byur…aku kejebur saat
mencoba menangkap ikan emas yang lalu lalang di dekat kakiku,
“Wha…ha…ha…!!!”
Kyuhyun terbahak melihatku yang basah kuyub, tawanya melukai perasaanku. Byur…
kugalah kakinya hingga dia sukses mendarat di air bahkan keadaannya lebih
tragis dari model jatuhku,
“Aku
tidak suka ditertawai seperti itu, arasso!”
bentakku,
“Hyung juga menertawaimu tapi kenapa yang
kau balas cuma aku?!” protesnya sambil mengusap-usap pinggangnya. Aku menoleh
pada Appa,
“Damai…damai!”
ucap Appa membujukku,
“Appa…!”
teriakku, “Beraninya Appa menertawai putri Appa sendiri!” aku segera
mengejarnya yang sudah berlari menyelamatkan diri.
Huf…
setelah lelah menangkap ikan-ikan, aku dan yang lain beristirahat di tepi
sungai, kulihat Appa dan Kyuhyun mencari kayu bakar. Usai mengembalikan semua
tenagaku dan sepertinya sudah terkumpul banyak kayu bakar, Appa mengajakku ke
sawah. Kami pun segera ke sawah, di sana telah menunggu Haermoni dan Harboji.
Selanjutnya kami makan siang dengan ikan bakar, hasil tangkapanku, Appa, dan
Kyuhyun, ehm… meski aku tidak berhasil menangkap seekorpun, tapi setidaknya aku
telah membantu mereka menggiring ikan-ikan itu ke pukat yang mereka bawa.
~~♥ when rain comes ♥~~
“Hyena…!”
Appa mengetuk pintuku, aku membuka pintu dan jreng… penampilan Appa rapi
sekali, bayangkanlah penampilan anak muda di jaman Appa yang meski jadul namun
Appaku tetap terlihat menawan. “Kau mau ikut ke pasar malam?!” tanya Appa.
Tentu saja aku mau daripada tinggal di kamar kehabisan darah karena ditemani
nyamuk.
“Hyung…!!!” kulihat Kyuhyun melambai dari
jauh dan berlari ke arah kami,
“Dia
juga mau ikut?!” tanyaku dengan nada protes,
“Yaa… memangnya kenapa kalau aku ikut?!”
Kyuhyun juga protes padaku, uh… aku mengerucutkan bibirku dan berjalan di
depan. Setibanya di pasar malam, aku hanya dapat bungkam, ini pengalaman yang
tak akan kulupakan, aku berjanji! Aku berada di tempat hiburan orang jaman
dulu, bayangkan sajalah sendiri. Tentu ini beda dengan Seoul abad millennium,
aku seperti kembali ke jaman di mana kostum Wonder
Girls -Girl band favoritku- menjadi trend!
“Hyung… itu dia!” seru Kyuhyun pada
Appaku, penglihatanku mengikuti telunjuk Kyuhyun, seorang gadis yang cukup
cantik.
“Nuga?!”
tanyaku pada Kyuhyun, siapa dia?
“Oh…
dia gadis yang ditaksir Hyung!”
“Mwo?!”
aku kaget, “Beraninya kau menjadi penguhubung antara Appaku dengan dia!” aku
menarik kerah baju Kyuhyun.
“Weayo?”
kenapa? Tanyanya,
“Kalau
sampai Appaku jadian dengan gadis itu aku tidak akan lahir bodoh!” bisikku
karena semua orang memandang kami.
“Benar
juga!!” ucapnya, “Eh… tapi apakah benar kau putri Hyung?!” dia masih tidak percaya padaku?!!
“Kau
masih meragukanku?! Mana mungkin aku bisa hapal nama keluarga Hyung-mu kalau dia bukan Appaku padahal
kau belum pernah melihatku sebelumnya!!!!”
“Benar
juga…”
“Huh…sudahlah!
Pokoknya kau harus melakukan sesuatu untuk memisahkan mereka!” perintahku,
diapun terpaksa berpura-pura sakit perut dan kami pulang lebih awal karena Appa
harus menggendongnya sampai ke rumah.
Keesokan
paginya aku terbangun saat mendengar suara gaduh di sekitar rumah, aku keluar
dan melihat beberapa tetangga sedang mengangkut barang-barang mereka seperti
akan pindah secara massal saja.
“Appa,
mau ke mana mereka?” tanyaku pada Appa yang telah lebih dulu berdiri di depan
rumah.
“Appa?!”
Haerbojiku memandang heran pada kami,
“He…he…
Aboji… dia tadi bilang Oppa kok!” Appa seketika menyumpal mulutku, “Panggil
Oppa saja!” oh ya… aku tidak sadar kalau Haerboji tidak tahu apa-apa.
“Mau
ke mana mereka Oppa?” tanyaku pada Appa, wuek… masa’ ayahku harus kupanggil
kakak?
“Para
warga akan pindah ke desa seberang karena menurut pemberituhuan aparat desa
bahwa desa ini akan segera tenggelam, katanya akan ada banjir bandang yang
merendam desa ini!” jelas Appa, wah… jadi danau yang kulihat itu adalah desa
yang terendam ini!
“Appa…
lebih baik kita pindah juga sebab desa ini memang akan tenggelam!”
“Kau
bicara apa? Itu cuma ramalan dan terkaan orang-orang yang ingin mengusir kami
dari desa ini!” Appa membalas dengan suara tinggi
“Tapi
danau yang kulihat saat aku terperosok dan jatuh memang di sini lokasinya! Aku
tidak bohong!”
“Kau
ini bicara apa?” Haerboji memotong pembicaraanku dengan Appa
“Haerboji…
aku tidak bohong, memang desa ini akan tenggelam, aku ingat betul, ini lokasi
danau yang kulalui…” Appa langsung menyumpal mulutku dan membawaku ke dalam.
Aku
berjalan bersama Haermoniku ke ladang, katanya kami akan memanen lobak untuk
membuat kimchi.
“Dongsaeng!”
seseorang mengagetkanku dari belakang, Kyuhyun! “Aku dengar dari Hyung, katanya sakitmu kumat lagi!”
“Ha…?
Sakit apa?” tanyaku,
“Kau
mengigau lagi, katanya desa kami akan jadi danau!”
“Yaa… itu bukan igauan! Itu fakta!”
“Iya…
iya… aku percaya padamu, jadi menurutmu kami harus ke mana?”
“Kalian
harus pindah ke dataran yang lebih tinggi!”
“Betul
juga!”
“Yaa… kau mau ke mana?” tanyaku saat
melihatnya membawa cangkul,
“Aku
mau membantu Samchong dan Imo-ku di ladang, tenang saja… kita berseblahan kok
jadi tak perlu takut jauh dariku!”
“Heh…
kau bercanda?!” balasku sambil menginjak kakinya. Dia merintih di belakangku
saat aku berlari mengejar Haermoni.
Malam
ini Kyuhyun mengajakku ke sebuah tempat, aku tak tahu di mana yang jelas dia
terus menggenggam tanganku mendaki sebuah bukit yang tidak begitu tinggi.
“Yaa… kalau mau mendaki, waktu yang
paling tepat adalah pagi hari, bukan malam begini!” tegurku pada Kyuhyun.
“Bukitnya
tidak akan indah selain di malam hari!” balasnya. Dia terus menarik tanganku
sampai akhirnya kami tiba di puncak.
“Ommo!!!” aku terperanjat, “Jeongmal kyeopta!!!” ucapku tidak
percaya, cantik sekali!!! Dia membawaku ke sarang kunang-kunang, aku sungguh
tidak rela berkedip saat menyaksikan keindahan malam yang ditawarkan Kyuhyun.
Kunang-kunang itu berkedap- kedip di tengah gelapnya bukit, sungguh menawan!
“Kenapa
kau memandangku seperti itu?!” tanyaku agak risih saat dia sedari tadi
memandangiku,
“Kau
sangat cantik saat kau tersenyum, aku suka melihatnya!” aku jadi malu mendengar
pujiannya. Kami bermain bersama mahluk kecil barcahaya itu, aku yakin Yamie
pasti iri setengah mati kalau aku sekarang sedang bersenang-senang di tempat
yang tak akan pernah dia jumpai di Seoul.
“Hyena…
lebih baik kita pulang sekarang, Hyung
nanti mencarimu!” ajak Kyuhyun
“Andwe… aku masih mau melihat kunang-kunang
ini!”
“Besok
malam kita bisa ke sini lagi, kasihan orang di rumah kalau sampai panik!”
“Aniyo!!” aku bertahan, tak kuhiraukan
permintaan Kyuhyun, aku terus bermain bersama kunang-kunang itu. Setelah pegal
aku baru mengajaknya pulang, itupun setelah membuatnya berjanji akan membawaku
lagi ke bukit ini besok malam. Di depan rumah aku melihat Appaku mondar-mandir
seperti setrika, wajah cemasnya berubah geram saat melihat aku dan Kyuhyun
pulang. Bukkk… seketika pukulan Appa mendarat di pipi Kyuhyun.
“Kau
bawa ke mana dia? Tahu tidak sekarang jam berapa?!” bentak Appa
“Hyung… miane…” Kyuhyun meminta maaf
“Aku
melepasmu pergi bersamanya karena aku percaya padamu, karena kau dongsaengku,
tapi kau merusak kepercayaanku itu!” bentak Appa, “Hyena… ayo masuk!” perintah
Appa, aku terus memandang Kyuhyun, aku benar-benar kasihan melihatnya.
Gara-gara aku dia kena marah bahkan kena pukul dari Appa. “Hyena… masuk!” Appa
menarik tanganku, aku memandang Kyuhyun, tak terasa air mataku jatuh.
“Ini
semua salahku Appa, Kyuhyun sudah mengajakku pulang namun aku yang menolak!”
aku mencoba membelanya
“Sudah
malam, masuklah ke kamarmu, badanmu dingin sekali, lebih baik kau
beristirahat!” perintah Appa. Aku masuk ke kamar, segera kubuka jendela,
“Kyu~a!”
panggilku, langkahnya terhenti, “Miane…jeongmal
miane…!” ucapku.
“Gwencana!!!” tidak apa-apa, dia
membentuk jarinya menjadi huruf V sambil tersenyum lebar. “Jaljjayo…” tidurlah, perintahnya.
“Gomapta… malam ini kau telah
menghiburku!”
“Cheonmaneyo!” sama-sama, balasnya. Aku
lupa kalau jam malam jaman ini berbeda dengan jam malam jamanku. Kalau di
jamanku, anak muda dapat pulang lewat jam 12 malam, di sini jam 9 sudah kena
marah.
~~♥ when rain comes ♥~~
Pagi ini aku ngambek pada Appa gara-gara masalah semalam,
meski aku sadari Appa melakukan itu karena sangat mengkhawatirkanku.
“Sampai kapan kau mau ngambek
begitu? Sudahlah… jangan dimasukkan ke hati!” bujuk Appa yang sibuk memakai
seragam kerjanya, hari ini warga desa panen padi dan Appa akan membantu
Haermoni dan Haerboji memotong padi. “Kau tak mau ikut?!” tanya Appa setelah memasang
boot-nya, aku masih diam. “Baiklah… jaga rumah baik-baik, aku pergi dulu!” Appa
pamit padaku.
“Appa!!!” teriakku, “Aku ikut, aku
tak mau sendirian di rumah!” ucapku.
“Palli…!”
cepatlah kalau begitu, seru Appa. Saat tiba di depan rumah Kyuhyun, Appa
berhenti. “Kyu~a… palli! Nanti kita
kesiangan!” teriaknya, sejurus kemudian Kyuhyun keluar dengan kostum yang tak
jauh beda dengan appa, lengan panjang dan celana panjang, plus sepatu boot dan
topi petani.
“Huh… kau pasti baru bangun! Dasar
pemalas,” ejek Appa,
“Tidak kok, tadi aku ‘nyetor’ dulu!”
“Hah…? Kau sudah cuci tangan
belum?!”
“Sudah kok!”
“Pakai sabun kan’?”
“Tentu saja!”
“Oya… pukulanku semalam bagaimana?”
“Tentu saja sakit!”
“Miane…
kau tahu kan aku ingin jadi petinju makanya kujadikan kau kelinci percobaanku!”
“Wah… kau jahat sekali Hyung!” mereka saling berangkulan, aku
melongo di belakang, jadi begini cara mereka berbaikan? “…em… jadi aku bisa
mengajak Hyena jalan-jalan lagi?!”
“Aniyo!”
tolak Appa “Kalau pulang larut aku tak akan mengizinkanmu!” mereka lalu
terbahak bersama, Kyuhyun menoleh ke belakang, ke arahku. Dia mengerlipkan
sebelah matanya memberi tanda bahwa dia berhasil membujuk Appa agar kami bisa
ke bukit itu lagi.
Aku dan Kyuhyun terjebak hujan di
jalan sementara Appa dan yang lain telah duluan pulang usai memanen padi.
“Aish…
kenapa hujan lagi?! huh…” aku terus mendengus dan mengleuh saat berlindung di
bawah pohon.
“Kalau kuperhatikan, sepertinya kau
tidak suka hujan!” ucap Kyuhyun.
“Sangat tidak suka tepatnya!”
ucapku.
“Waeyo?!”
tanyanya,
“Aku kehilangan harapanku karena
hujan!” jawabku, dia menatapku heran, “Aku sangat ingin masuk ke SMU Shinwa,
SMU Shinwa adalah SMU yang paling sering memberikan beasiswa bagi
murid-muridnya untuk belajar ke luar negeri, memperdalam kemampuan menarinya
namun kerana hujan aku jadi terlambat ikut tes masuknya!” ingatanku menerawang
pada kecelakaan yang kualami di depan SMU Shinwa. “Sebuah mobil menyerempetku,
supirnya tidak bisa melihat dengan jelas karena hujan lebat kala itu,” aku
menarik napas dalam-dalam, “Kakiku luka dan aku tidak bisa berjalan normal
selama beberapa bulan, yang paling menyakitkan… dokter bilang aku tak bisa
menari lagi, padahal aku sangat ingin menjadi penari balet profesional,”
“Aku suka hujan!” celetuk Kyuhyun,
sepertinya dia mengajakku perang. “Hujan adalah rahmat bagi para petani, tanpa
hujan mana mungkin kami dapat memanen padi, tanpa hujan kami mana bisa
menangkap ikan di sungai, tanpa hujan mana mungkin kami dapat memperoleh hasil
ladang. Aku suka hujan… sebab setelah langit hitam karena mendung maka akan
terbit terang yang sangat mengagumkan!”
“Sehabis hujan pastinya ada terang,
dasar kau ini!!” ucapku
“Oleh karena itu, di saat sebuah
masalah terlihat begitu rumit itu pertanda akan datang jalan keluar yang
menenggelamkan masalah itu! Seperti alur hujan, saat langit terlihat gelap maka
pertanda terang telah dekat!”
“Sudahlah…lebih
baik berceramah saja pada pohon!” aku pergi dari tempat itu,
“Hei…
masih hujan!” teriaknya, tak kupedulikan dia, aku terus berjalan menerobos
hujan lebat. Parkk…, awww… aku terpeleset, sandalku putus. “Gwencanayo?!” Kyuhyun tiba-tiba telah
berada di sampingku.
“Apa
pedulimu? Lihatlah… kalau tak hujan begini, jalan tidak mungkin becek dan aku
tak perlu terpeleset!” aku segera berdiri, “Aduh…!” kakiku sepertinya keseleo,
kucoba melangkah sekali lagi, aw… aku mengeluh sendiri.
“Ayo…naiklah
ke punggungku, biar kugendong sampai ke rumah!” tawar Kyuhyun. Aku berpikir
sejenak, aku kan lagi ngambek jadi tak boleh menerima bantuannya tapi… aku
tidak bisa jalan. “Palli!!! Nanti Hyung marah padaku lagi!” aku teringat
kejadian semalam, aku tak mau Kyuhyun dipukul Appa lagi, akupun menerima
tawarannya.
“Kyu~a…”
ucapku,
“Nde…?” balasnya,
“Punggungmu
hangat sekali!”
“Aku
kan basah… kenapa kau bilang punggungku hangat?!”
“Molla, yang jelas aku merasa nyaman
makanya kubilang punggungmu hangat!!” Kyuhyun berjalan pelan sebab takut
terpeleset, perlahan hujan mereda dan kamipun tiba di rumah. Haermoni segera
memberi handuk padaku untuk mengeringkan badanku, Appa melihat kakiku yang
bengkak,
“Appa…
ini bukan salahnya Kyu, aku yang terpeleset sendiri!” aku buru-buru melapor
sebelum Appa memukul Kyuhyun lagi.
“Aneh
ya… mendengar Hyena memanggilmu Appa!” sindir Haermoni pada Appa.
“Sudahlah…
cepat masuk, keringkan badanmu dan aku akan mengobati kakimu!” perintah Appa,
“Tapi…
Kyu jangan dipukul lagi!” pintaku, Haermoni heran mendengarku, oya… Haermoni
memang tidak tahu kejadian semalam.
“Irgh…
masuklah, aku tidak akan melakukan itu lagi!” Appa buru-buru mendorongku
memasuki rumah bersama Haermoni.
“Kyu…gomapta!” ucapku. Kulihat Appa berbicara
bersama Kyuhyun, sepertinya sangat serius, tak apalah mau bicara apa yang jelas
Appa tidak menonjok Kyuhyun lagi.
~~♥ when rain comes ♥~~
to be continued
No comments:
Post a Comment