Thursday 24 September 2015

FF When Rain Comes - Part 1


Note : This is not my own story. I remake it from manga which I red in 2005. But I forget tittle and the writer. Please enjoy it ^^




            “Lihat… anak itu memandangmu lagi!” suara Yamie membuatku berhenti menikmati ramyeon pesananku. Aku menoleh ke tempat yang ditujukan penglihatan sahabatku itu. Huh… apa masalahku dengan anak itu? Kenapa dia selalu memandangiku?
            “Apa lebih baik kulabrak saja siswa itu?!” tanyaku meminta pendapat pada Yamie
            “Untuk apa dilabrak? Paling dia adalah secret admirer-mu!” aku mendengus mendengar perkataan Yamie.
            “Boleh gabung dengan kalian?!” seseorang berdiri di sampingku sambil membawa sebuah mangkuk, aku menoleh…
            “Nde…!” jawabku mengizinkannya. Adrian lalu duduk di sampingku tepat berhadapan dengan Yamie, mereka saling memandang dan tersenyum malu. Huh… kenapa aku jadi iri pada mereka?
            “Adrian…” Yamie memulai duluan, “Apa kau kenal anak di ujung sana, yang dekat jendela itu!” Yamie menunjuk ke arah anak yang selalu memandangku sembunyi-sembunyi.
            “Henry?!” Adrian bertanya sendiri untuk memastikan penglihatannya, “Ya… namanya Henry, ada apa?”
            “Sepertinya dia menaksir Hyena!”
            “Yaa… !” aku melotot ke Yamie
            “Benarkah? Kasihan anak itu, tiga bulan lalu Appanya meninggal!” kata Adrian
            “Jeongmal?!” benarkah? aku dan Yamie berbarengan memekik.
            “Nde, Appanya meninggal karena kecelakaan jadi sekarang dia tinggal bersama Ommanya. Tahu tidak… meski dia masih tercatat sebagai siswa SMU namun dia sudah mendapat beasiswa sampai tamat di Universitas Kyunghee, kalau tidak salah…di jurusan Post Moderen Music! Dia sangat pandai bermain biola, semua yang mendengar permainannya pasti akan terbuai dan terhipnotis!”
            “Wah…Kyunghee University?!” pekikku tidak percaya, itu adalah universitas impianku.
            “Sebenarnya dia juga mendapat tawaran dari Inha University tapi entah kenapa dia memilih Kyunghee!”
            “Padahal Inha sangat bagus, di sana tempat kuliah orang-orang kaya dan berpengaruh!” Yamie menggigit sedotan jusnya. Ponselku berdering, Appa memanggil!  
            “Nde … Appa, waeyo?” tanyaku,
            “Sekarang Appa dan Omma sedang di bandara menunggu penerbangan ke Busan, tiba-tiba ada panggilan dari bos Appa. Miane Appa tidak bisa berpamitan langsung!”
            “Mwo?! Yah… aku sendirian di rumah dong!” keluhku,
            “Oh ya… Appa lupa menyampaikan sesuatu padamu. Besok kan hari minggu, pergilah ke Mokpo menghadiri acara reunian teman-teman SMU Appa sebab kau tahu sendiri Appa tidak bisa pergi.”
            “Mwo?! Mokpo?! Aniya!!!” aku memekik dan menolak,
            “Jebal… Hyena, Appa tidak enak kalau tidak ada perwakilan, lagipula daripada tidak ada kerjaan, mending kau mewakili Appa!”
            “Aniyo…Appa tahu kan aku tidak suka ke desa! Mending aku tidur seharian saja dari pada harus ke desa besok!”
            “Hyena… jebal…” Appa memohon padaku dan aku benar-benar berat menolaknya. Huh… aku benci, benci, benci, sangat benci dengan hujan, sekarang adalah bulan Juli, tentu di desa akan sering turun hujan! Appa… kenapa Appa tidak mengerti?!
            “Ke Mokpo ya? He…he…selamat liburan Chingu!” Yamie mengejekku, dia tahu betul aku sangat benci pada desa.
            ~~♥ when rain comes ♥~~
            Aku memilih berangkat malam, biar sewa penginapan saja di sana soalnya kalau berangkat pagi, aku bisa ketinggalan bus dan terlambat menghadiri reuni itu. Huf… aku mendengus kesal, menyebalkan… kenapa harus aku yang menggantikan Appa? Sudah terbayang di kepalaku begitu menjengkelkannya acara reuni itu besok, akan banyak ajjusshi dan ajumma yang datang, mereka pasti akan bercerita panjang lebar dengan suara melengking sampai tidak sadar umur, belum lagi kalau mereka bertanya ini-itu padaku, argh… kekesalanku sepertinya sudah sampai di ubun-ubun!
            Aku turun di halte, kupandangi keadaan di sekitarku yang remang-remaang. Kalau tidak salah di sini ada penginapan, kujinjing tasku dan menelusuri jalan setapak yang kelihatannya licin karena hujan. Langkahku begitu pelan sebab aku takut terperosok, mana jalannya begitu becek. Urgh…menyebalkan! Umpatku berkali kali. Tiba-tiba seekor kucing memotong jalanku, aku terkesiap dan kehilangan keseimbangan di jalan licin ini, dalam sekejap aku terperosok ke dalam lubang yang cukup terjal. Kepalaku sakit sekali terbentur akar pohon yang begitu besar, kulihat di bawah ada danau yang cukup besar. Aku tak sanggup berdiri lagi, benturan di kepalaku membuatku pusing dan penglihatanku perlahan berkurang dan akhirnya aku kehilangan kesadaran.
~~♥ when rain comes ♥~~
            “Dia dari mana ya? Kenapa pakaiannya aneh?”
            “Eh… dia lumayan cantik, Hyung… apa kau tak merasa dia mirip ibumu?”
            “Apa hubungannya dia dengan ibuku?”
            “Iya juga sih…” perlahan kubuka mataku sebab terganggu oleh percakapan itu,
            “Wha…!!!!!!!” pekikku melihat dua orang pemuda yang sedang menatapku, kurasa mereka seumuran denganku, mereka pun ikut berteriak mendengar teriakanku. “Kenapa kalian berteriak???” tanyaku kesal
            “Kau duluan yang berteriak kan?!” balas salah satu dari mereka.
            “Soalnya kalian yang mengagetkanku, kenapa kalian memandangiku seperti itu?!” bentakku,
            “Ka…kau siapa? Kenapa pakaianmu aneh?” tanya orang berambut coklat padaku
            “Aneh apanya pakaianku? Justru pakaian kalian yang aneh, kampungan! Namaku Park Hyena, aku di mana sekarang?!” tanyaku memandangi sekelilingku.
            “Park Hyena? Hyung… marga kalian sama!” seru pemuda berambut hitam, dia tidak menjawab pertanyaanku.
            “Memangnya namamu siapa?!” tanyaku pada pemuda berambut coklat,
            “Namaku Park Jungsu!” balasnya, aku memandang aneh padanya, dia juga ikut menatapku. Wha…ha…ha… aku terbahak-bahak mendengarnya,
            “Kenapa kau ketawa?” tanya pemuda yang bernama Jungsu itu,
            “Namamu sama dengan nama Appaku, Appaku bernama Jungsu dan marganya Park!”
            “Wah… kebetulan sekali!” celetuk pemuda berambut hitam itu. “Aku Kyuhyun, Cho Kyuhyun!” ucapnya mantap,
            “Aku tidak tanya!” balasku. Pemuda bernama Kyuhyun itu memanyunkan bibirnya. “Oh ya… kalian lihat SMU Mokpo tidak? Aku mau menghadiri reunian Appaku,”
            “SMU Mokpo??? Kami siswa di sana, tapi sekarang sekolah libur!” balas Kyuhyun. “Dan setahuku tidak ada rencana reunian, memang reuni angkatan ke berapa?
            “Angkatan 17!” jawabku
            “Heh… angkatan 16 saja belum keluar apalagi angkatan 17!” balas Kyuhyun.
            “Mwo?!” aku bingung mendengar perkataan anak aneh itu.
            “Kami angkatan 17 dan itupun lulus tahun depan, masa sudah mau reunian?!” sambung Jungsu. Aku mengerutkan kening, aneh…
            Aku berjalan mengitari ruang rumah ini, kepalaku masih sedikit perih akibat benturan itu, aku menatap foto keluarga yang tertempel di dinding, foto seorang bayi digendong ayahnya dan seorang anak umur tiga tahun dipegang ibunya.  Kenapa foto ini ada di sini? Seorang ajumma masuk membawa nampan berisi makanan,
            “Kau sudah bangun! Ayo sarapan dulu!” ajaknya, aku menatap aneh padanya,
            “Omma, Inyoung Unni ke mana?” tanya Jungsu,
            “Oh… dia ke kota mengurus berkas-berkas kuliahnya!”
            “Inyoung?” tanyaku, mereka semua memandangku heran. “Ommo…” aku mulai panik, “Kau bernama Park Jungsu?” tanyaku ulang pada Jungsu, dia mengangguk. “Unnimu bernama Park Inyoung?!” tanyaku lagi dan dia mengangguk sekali lagi. “Apa Ommamu bernama Park Sohra?” tanyaku,
            “Kenapa kau tahu namaku?” ajumma itu terheran melihatku,
            “Jangan bilang nama Appamu Park Teajong!” lanjutku,
            “Wah… kau tahu nama-nama anggota keluarga Hyung!” potong Kyuhyun.  
            “Andwe…!!!!!” pekikku membuat mereka menutup telinga,
            “Waeyo?” tanya ajumma
            “Appa ...!” aku memanggil Jungsu,
            “Kenapa kau memanggilku Appa?” dia terkejut,
            “Nde… kau appaku, ajumma ini haermoniku! Pantas aku merasa pernah melihatmu!”
            “Jungsu~a… kapan kau punya anak?” Healmoni bertanya pada Appa,
            “Omma ini bicara apa? Mana mungkin aku punya anak yang seumuran denganku!”
            “Yaa… gadis gila, kau ini bicara apa?!” Kyuhyun mengejekku,
            “Yaa… aku tidak gila! Tapi sepertinya aku memang akan gila…!” andwe… kenapa jadi begini!!!!!?
~~♥ when rain comes ♥~~
            Bola mataku berputar tak tentu arah, jantungku berdegup kencang tak berirama, ini mimpi… ya ini pasti mimpi. Aku menepuk pipiku keras-keras, jariku mengenai dahiku yang luka, aw… sakit sekali, jadi ini tidak mimpi!!! Ini tidak masuk akal, mana mungkin aku ada di zaman saat ayahku seumuran denganku? Ini aneh, sangat tidak masuk akal. Aku berjalan tidak tentu arah, aku harus mencari tempat di mana aku jatuh semalam, aku yakin tempat itu adalah lorong waktu sehingga aku bisa terjebak di jaman ini!
            Aneh… aku memutar ingatanku sedemikian keras, bukannya tempat ini adalah danau? Ya… aku ingat, semalam aku terperosok di dekat danau dan tersangkut pada pohon besar. Aku mulai menangis… kenapa ini menimpaku? Apa salahku sampai hal seburuk ini terjadi padaku? Bagaimana aku bisa pulang? Aku mau pulang!
            “Wah… ternyata kau di sini! Semua orang mencarimu, ayo pulang!” Kyuhyun membuka jaketnya dan memasangkannya padaku. “Ayo…!” dia menarik tanganku.
            “Lepaskan!” bentakku, “Aku mau pulang… aku mau kembali ke Seoul! Tempat apa ini, aku tak mau di sini!”
            “Kalau mau pulang ke Seoul besok saja, aku yang akan mengantarmu, ini sudah malam jadi sangat berbahaya pulang ke Seoul malam-malam begini!”
            “Kau mengerti perkataanku tidak sih?! Aku mau pulang ke jamanku, bukan di sini, orang tuaku pasti mencariku…!” hiks… aku menangis.
            “Ternyata kau di sini, aku mendengar tangisanmu sehingga aku menemukanmu di sini!” Appaku datang,
            “Aku mau pulang! Pulang! Pulang!” aku meronta,
            “Iya… kita pulang sekarang!” Appa mencoba membujukku, akhirnya kami bertiga kembali ke rumah Appa. Di sana telah menunggu Haermoni dan Haerboji juga Imo, mereka menantiku dengan cemas. Saat berhadapan dengan Haerboji tanpa kurasa mataku jadi sembab, inikah dia? Haerboji yang sering diceritakan Appa padaku, yang tidak sempat kulihat sebab beliau meninggal sebelum Appa menikah dengan Ommaku. Reflex aku memeluk tubuh pria paruh baya yang ada di hadapanku ini, aku memeluknya sambil menangis kencang.
Nomu bogoshipposso…” ucapku masih dalam pelukannya. Aku rasakan keterkejutan Haerbojiku namun aku tak berniat melepasnya, aku masih ingin memeluknya lama… lama sekali. Aku semakin terisak bila mengenang cerita Appa, Haerbojiku meniggal saat Appa berusia 20 tahun, kalau begitu tiga tahun lagi… tiga tahun lagi Hearbojiku akan pergi karena sakit yang dideritanya. Usai makan malam, Appa dan Kyuhyun mulai membicarakan masalahku.
            “Apa benar kau putriku?” tanya Appa,
            “Nde… Appa pikir aku bohong?” balasku sengit,
            “Aniyo…bukan begitu, aneh saja… coba pikirkan kau dan aku seumuran jadi bagaimana mungkin…”
            “Aku juga tidak mengerti kenapa malah jadi begini!”
            “Coba ceritakan apa yang terjadi sebelum kau terjatuh, Park Ajumma yang menemukanmu di sisi jalan pingsan dengan luka di dahimu!” perintah Kyuhyun.
            “Begini, dengarkan baik-baik ya! Kemarin Appa menelponku dan memberitahukan kalau dia dan Omma harus ke Busan karena pekerjaan mendadak. Appa memintaku untuk mewakilinya menghadiri reuni yang akan diadakan hari ini oleh siswa SMU Mokpo angkatan 17. Karena aku anak yang baik dan patuh makanya aku menurutinya, aku berangkat malam ke Mokpo dan berencana menginap di penginapan agar besok pagi tidak terlambat menghadiri reunian itu.” Aku menarik napas dalam-dalam, “Aku mau minum!” ucapku, Kyuhyun sigap memberi segelas teh padaku,
            “Ini…” ucapnya. Segera kuteguk teh itu sampai habis dan kembali bercerita,
            “Saat melalui jalan setapak untuk mencari penginapan, tiba-tiba seekor kucing memotong jalanku hingga aku kaget dan terpeleset sebab jalannya licin. Aku terjatuh ke lubang yang cukup terjal dan untung saja aku tersangkut di akar pohon sehingga tidak perlu tercebur ke danau! Setelah itu aku tidak ingat apa-apa sampai kita bertemu.”
            “Danau? Di sini tidak ada danau!” ucap Appa,
            “Karena itulah aku bingung saat mencari tempatku jatuh, tak ada danau dan tak ada pohon besar yang menyelamatkanku!” Appa terlihat berpikir keras, “Appa… aku harus bagaimana?!” desakku,
            “Jangan memanggilku Appa!” pintanya
            “Kau kan Appaku jadi wajar kan’!”
            “Masalahnya…” Appa jadi salah tingkah.
            “Kalau begitu kau panggil aku apa?” tanya Kyuhyun cengar-cengir.
            “Bagaimana kalau kupanggil Buddy?!”
            “Wah… keren sekali, seperti nama orang barat, artinya apa?” tanya Kyuhyun
            “Itu nama anjing peliharaan tetanggaku!” jawabku,
            “Kau kejam sekali!”
            “Makanya jangan membuatku kesal!”
            “Sudahlah… namamu Hyena kan? Tidurlah… lebih baik beristirahatlah dulu, kau kelihatan lelah, biar besok kita bicarakan jalan keluar masalahmu lagi!” pinta Appa.
~~♥ when rain comes ♥~~
Aku terbangun saat keadaan masih gelap, sepertinya semalam hujan sebab kulihat lewat jendela, jalan becek dan pepohonan basah.
Yaa…!!!” Kyuhyun muncul di depan jendela tiba-tiba sehingga membuatku berteriak,
Yaa… kau mau membunuhku?!” bentakku, 
“Kau kaget ya?!” tanyanya, pertanyaannya membuatku kesal, aku memintanya mendekat dan dia menurut,
“Kalau tidak kaget mana mungkin aku berteriak!!! Lain kali jangan membuatku kaget, kalau kau lakukan lagi, aku pasti membunuhmu!” ucapku sambil mencekik lehernya lewat jendela.
Kyuhyun masih memegangi lehernya saat aku keluar rumah bersama Appa, baru kali ini aku bangun pagi, kulihat jam masih menunjukkan jam 5.30 pagi. Katanya kami akan ke sungai menangkap ikan, Appa telah siap dengan segala perlengkapannya.
Hyung… putrimu ini sangar sekali!” keluh Kyuhyun pada Appa,
“Kau duluan yang menganggunya kan’?” aku menjulurkan lidahku pada Kyuhyun saat Appa membelaku.
Kami bertiga menelusuri jalan desa yang hanya dapat dilalui satu mobil, aku benar-benar benci dengan kondisi jalan yang becek seperti ini. Huh… kenapa harus hujan sih? Aku mendengus kesal, sementara Appa dan Kyuhyun berjalan riang di depanku.
“Buka saja sendalmu, bisa-bisa kau terpeleset lagi!” perintah Kyuhyun,
“Tidak mau! Nanti kakiku kotor!” balasku,
“Sudahlah… kalau kau nyaman dengan sendalmu, pakai saja!” ucap Appa, aku mengejek Kyuhyun lagi. Dasar sial, apa mungkin aku sangat keterlaluan pada Kyuhyun sehingga belum berapa lama dia menyuruhku melepas sandal, aku sudah terpeleset tapi untung Kyuhyun sigap menolongku. Aku jatuh di pangkuannya,
“Nah… sudah kubilang lepaskan saja tapi kau malah keras kepala!” ejeknya,
“Hyena… lepaskan saja!” perintah Appa. Akupun terpaksa melepas alas kakiku, awalnya aku begitu kesulitan berjalan tanpa alas kaki apalagi medannya becek seperti ini namun lama kelamaan aku terbiasa.
Kami menuruni beberapa lahan yang landai, Kyuhyun mengulurkan tangannya padaku untuk membantuku menuruni sebuah parit, kutolak menat-mentah uluran tangannya,
“Appa!!!” aku memanggil Appaku biar dia yang membantuku, Appaku pun menurut dan kulihat bibir Kyuhyun mengerucut. Setelah jalan beberapa saat akhirnya kami sampai ke sebuah sungai yang airnya begitu jernih.
“Hyena… sini!” Kyuhyun tiba-tiba menarik tanganku, dia membawaku ke pinggir sungai dan menghadapkanku ke sebuah gunung. Perlahan mentari muncul di balik gunung itu dan seiring dengan itu, keadaan gelap berubah terang. Aku terkesima menatap keindahan alam di depanku ini, aku menoleh ke arah Kyuhyun, kulihat dia tak kalah terkesimanya dibanding aku, bahkan kulihat ada perasaan bangga dalam senyumnya, seakan dia ingin bilang, inilah desaku yang keindahannya tidak akan kau dapatkan di tempat lain.

~~♥ when rain comes ♥~~
to be continued

No comments:

Post a Comment