Monday 14 December 2015

FF I am Holding Back the Tears (Part 1)


Part 1

Setahun yang lalu … aku menantimu di tepi danau. Aku setia menuggumu sampai kau datang, aku yakin kau tak akan ingkar. Mawar-mawar putih pun mulai layu, merekalah saksi betapa aku setia menunggumu, betapa aku mengharapkan kedatanganmu. Saat malam semakin larut air matakupun mulai menetes, kenapa kau tidak datang? apa yang terjadi? Aku masih setia menunggumu di tepi danau dengan balutan busana pengantin sampai matahari terbit keesokan harinya dan kau tak kunjung datang juga. Kau tidak datang ke pesta pernikahan kita, kau bohong padaku !
            Kau bohong ! kau mengingkari janjimu. Kau membuatku tidak percaya lagi pada kata yang sering kita agung-agungkan, cinta. Aku tak percaya lagi pada cinta … sejak saat itu aku bersumpah, air mataku malam itu adalah air mata terakhirku untukmu dan cinta.
                                                                                    

            Suatu siang saat selesai berbelanja keperluan sehari-hari di swalayan, sayup-sayup kudengar tangisan seorang gadis di ujung jalan. Ternyata dia sedang bertengkar dengan pacarnya, dia diputuskan oleh pacarnya begitu saja padahal jelas-jelas pria itu yang salah. Pria itu ketahuan selingkuh, dasar brengsek … gumamku.
            Brak … brak … plak … dus ! aku memukul pria itu. Berani-beraninya dia membuat kaumku menagis. Setelah kubuat babak belur, pria itu melarikan diri.
            “Kak … terima kasih, kakak telah membantuku memberikan pelajaran pada pria brengsek itu.” ucap gadis itu,
            “Sudah kewajibanku menolong orang yang tertindas. Oh ya, namaku Seo In Ha ! aku seorang pelatih taekwondo dan hopkido, kau siapa?” tanyaku.
            “Aku Park Yoo Mi, wah … pantas tadi kakak hebat sekali memberi dia pelajaran !”
            Gadis itu masih tercatat sebagai siswi SMU, saat ini dia menunggu jemputan kakaknya. Sebagai ungkapan terima kasih dia mengajakku makan siang bersama. Awalnya aku menolak mati-matian, namun dia terus memaksa bahkan mendesak. Dia mengajakku makan siang bersama kakaknya yang sebentar lagi akan datang menjemput. Aku pun tak dapat menolak lagi saat dia memperkenalkan aku pada kakaknya.
            “Maaf ya Kak … merepotkanmu untuk menjemputku !”
            “Sudahlah, ayo cepat naik !” jawab kakaknya yang sepertinya kurang senang mendengar basa-basi adiknya.
            “”Oh ya Kak, ini Kak Seo In Ha, teman baruku !” kata Yoo Mi memperkenalkan aku pada kakaknya yang masih berada di dalam mobil. Awalnya pria itu tidak begitu peduli padaku, tapi tiba-tiba dia seperti orang yang baru melihat hantu sesaat setelah melihatku, dia kelihatan sangat terkejut. Dia menatapku dalam-dalam seakan tidak mau lepas, dasar orang aneh …
            Akhirnya kami makan siang di sebuah restaurant, anehnya pria itu tak pernah berhenti memandangiku. Sesekali aku melihat pantulan wajahku di cermin, mungkin ada sesuatu yang aneh pada wajahku sehingga pria itu terus memandangiku dengan tatapan aneh begitu namun aku tidak menemukan sesuatu yang salah pada wajah maupun kostumku.
            Tatapan pria itu mengingatkan aku pada seseorang … dia menatapku seakan-akan sangat merindukan aku. Tatapan yang penuh kasih sayang, tapi aku tidak tahu kenapa dia menatapku seperti itu. Namanya Park Yoo Chun, dia seorang General Manager di perusahaan milik keluarganya. Wajah dan penampilannya memang keren, tapi menurutku dia pasti sakit, kenapa dia memandangi seseorang dengan tatapan yang aneh begitu.
            Usai makan siang kami pun berpisah. Aku pikir pertemuan kami akan sampai di sini saja, namun ternyata banyak pertemuan tak terduga antara aku dan Yoo Chun di kemudian hari. Suatu sore aku berjalan-jalan di taman usai memberikan latihan taekwondo pada anak-anak didikku dan tak kusangka aku bertemu dengan Yoo Chun di sana, kami pun berbincang-bincang.
            “Kata Yoo Mi kau adalah guru taekwondo dan hopkido?” tanyanya.
            “Iya !” jawabku singkat.
            “Lalu … apa kau masih membuka toko bunga? bukannya dulu kau sangat menyukai mawar putih?”
            “Dari mana kau tahu kalau dulu aku sangat menyukai mawar putih? tanyaku heran, dia kelihatan terkejut, dia nampak kelabakan mencari jawaban. Kenapa dia kelihatan sangat peduli padaku? padahal kami belum lama kenal, dia bahkan tahu kalau aku menyukai mawar putih.
            “Aku mengetahuinya dari penampilanmu. Kau kelihatan sangat anggun dan biasanya gadis anggun menyukai mawar.” Jawabnya gugup
            “Oh begitu, tapi itu dulu … sekarang aku tidak menyukai bunga lagi !” jawabku lantang.
            Bukannya aku terlalu perasa, tapi aku rasa pemuda ini menyukaiku. Buktinya … hanya dia yang tidak takut padaku, padahal pria-pria yang lain jangankan mengajakku bicara, menatapku pun mereka tidak berani. Katanya aku sangat garang dan cepat marah. Setiap ada masalah aku pasti menyelesaikannya melalui tindakan dan tidak pernah menyelesaikannya melalui kata-kata.
            Ya … aku telah berubah, setahun setelah pembatalan pernikahanku, aku sangat terpukul dan kecewa. Calon pengantinku menghilang dan pergi tanpa kabar. Kekecewaan membuatku berubah dari seorang gadis polos, sederhana, dan sedikit manja menjadi gadis tegar, garang dan menakutkan. Seo In Ha telah berubah menjadi gadis sekeras batu.
            Suatu siang Yoo Mi menemuiku di tempat pelatihan taekwondo, dia mengajakku membicarakan sesuatu.
            “Aku sangat menyayangi kakakku, setahun yang lalu dia menderita tumor otak dan dokter  memutuskan melakukan operasi. Syukurlah kakakku dapat melalui operasi dengan lancar, namun … aku sangat sedih, seusai opersai kakakku berubah drastis. Dia sepertinya bukan dirinya yang dulu, dia berubah ! dia menjadi lebih pendiam dan selalu mengurung diri. Dulu kami sangat dekat namun sekarang sepertinya dia tidak mengenaliku lagi.” kata     Yoo Mi
            “Lalu apa hubunganku dengan masalah ini?” tanyaku heran.
            “Begitu bertemu dengan Kak In Ha siang itu, kakakku sepertinya mendapat semangat hidupnya kembali. Dia sepertinya mendapat dorongan hebat yang aku sendiri tidak mengerti kenapa begitu? Kak In Ha … seandainya saja kakakku akan bahagia bersama Kak In Ha, kumohon terimalah kakakku !” ucapnya memelas.
            Apa …? aku terkejut mendengarnya, gagasan yang sangat aneh. Aku tidak mau lagi menjerumuskan diriku pada hal-hal yang berbau cinta. Aku jelas menolak permintaan Yoo Mi, memang kelihatan egois namun aku tidak mau mengambil resiko.
            Malam ini entah mengapa aku merasa sangat suntuk di apartmentku. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan saja di tengah kota. Alangkah terkejutnya ak saat melihat kerumunan orang di tepi jalan karena memandangi Yoo Chun yang tergeletak pingsan. Akupun segera menelepon ambulance untuk membawanya ke rumah sakit. Kata dokter Yoo Chun baik-baik saja, itu adalah gejala biasa yang baru saja melakukan pengangkatan otak. Gejala biasa? apa itu tidak berlebihan? kalau memang gejala biasa kenapa sampai harus pingsan? gumamku dalam hati.
            “Bagaimana keadaanmu? apa sudah membaik?” tanyaku saat dia sadar, sekali lagi dia menatapku dengan tatapan anehnya.
            “Aku baik-baik saja, aku sudah terbiasa merasakan sakit seperti ini. Tapi aku tak tahu kenapa tadi rasanya begitu sakit sehingga aku tidak tahan.” jawabnya
            “Dokter tadi sangat keterlaluan, dia bilang itu gejala biasa usai operasi tapi menurutku sakitnya sudah kelewatan !”
            “Ini memang gejala biasa, sudah hampir setahun aku merasakannya. Rasanya empat puluh kali lebih sakit dari migren biasa dan aku harus terus merasakannya sampai tiga tahun ke depan.” ucapnya sambil memgangi kepalanya, mengerikan sekali … aku jadi iba melihatnya. Aku teringat ucapan Yoo Mi kemarin, mungkin sakit itulah yang membuatnya menjadi pendiam dan selalu mengurung diri.
            “In Ha … “ tegurnya tiba-tiba,
            “Ada apa?”
            “Aku butuh seorang teman, kau mau ‘kan menjadi temanku?” tanyanya dengan berani,
            Sebenarnya aku ingin menolak tapi kasihan juga. Apa salahnya kalau hanya berteman, gumamku. Kalau nanti dia macam-macam aku tinggal memukuli dia seperti pria-pria yang pernah menjadi korbanku, apalagi dia sedang sakit jadi kurasa dia tidak akan berani macam-macam. Kuterima tawarannya untuk menjadi temannya, tidak lebih !
            Sejak saat itu kami mulai akrab, keakraban itu membuat perasaan hatiku berbeda. Aku merasakan sesuatu yang lain dari biasanya, aku tak tahu kenapa aku merasa sudah mengenalnya lama. Gerak-geriknya, cara bicaranya, dan semua hal tentang dia seakan-akan sangat akrab dan sejiwa denganku. Siapa dia? kenapa dia tidak begitu asing di mataku?
                                                                                         
            Hari ini tanggal 20 April, semua instruktur di tempat latihan merayakan ulang tahunku dengan sederhana. Tak terasa umurku semakin tinggi, sangat disayangkan di usiaku yang ke-23 aku belum memiliki pasangan. Saat malam tiba aku kembali ke apartmentku, aku sangat terkejut melihat seikat mawar putih dan boneka beruang berwarna kuning memegang kartu ucapan selamat ualng tahun yang ke-23 tergeletak di depan pintu. Jae Joong? apa dia yang mengirimkan ini?
            Hatiku teriris saat melihat benda-benda itu, siapa yang berani mengirim benda-benda ini padaku? aku tak mau bunga, aku benci beruang ! Sgera kupungut benda itu dan  kubuang ke tong sampah di depan apartmentku. Tak kusangka ada Yoo Chun berdiri di hadapanku, dia menatap tak mengerti padaku.
            “Apa kau tidak menyukai hadiah yang kuberikan?”
            “Oh … jadi ini hadiah darimu? dengar … aku tak suka bunga dan beruang jadi kau tidak perlu mengirimkan aku benda-benda seperti ini lagi ! Dan … dari mana kau tahu kalau hari ini aku berulang tahun yang ke-23?” tanyaku. Yoo Chun tidak menjawab pertanyaanku, dia malah kembali memungut seikat mawar dan boneka beruang itu.
            “Padahal mawar putih itu lambang kenangan yang tak terlupakan, beruang juga sangat lucu, dia sangat menyukai madu dan sangat menggemaskan bagaimana mungkin kau tidak menyukainya?” tanyanya balik.
            “Aku tidak suka ataupun benci itu bukan urusanmu ! benda-benda ini terlalu menyakitkan untuk aku terima !”
            “Kenapa? apa ada kenangan pahit yang mengingatkanmu bila benda-benda ini ada bersamamu?”
            “Yoo Chun ! aku mau jadi temanmu karena kupikir kau bukan tipe orang yang cerewet, tapi sekarang aku sudah tahu siapa kau sebenarnya.”
            Aku benci pada orang yang selalu mengungkit masalah pribadiku, aku sudah berusaha membunuh kenangan masa laluku yang pahit namun semua terbuka lagi saat dia mengirimkan benda-benda terkutuk itu. Jae Joong, pria yang sangat kucintai dulu sering mengirimkan mawar dan beruang untukku di waktu ulang tahunku. Dia bilang mawar putih adalah lambang kenangan yang tak terlupakan dan boneka beruang yang sangat suka minum madu yang manis semanis senyumanku. Kenapa? kalau memang  kau sangat menyayangiku, kenapa kau pergi tanpa kabar? Aku benci padamu … aku tak mau lagi mengingatmu dan semua hal tentangmu.  
            Sore ini begitu melelahkan, aku duduk lemas di bangku taman usai memberikan ujian hopkido pada anak-anak. Tiba-tiba ada seseorang yang menempelkan sekaleng jus dingin ke pipiku. Jae Joong?! aku terkejut, aku segera menoleh ke arah orang yang melakukannya, Yoo Chun? dia berdiri sambil tersenyum padaku, dia … dia yang melakukan itu?
            “Maaf ya kemarin membuatmu marah, aku tidak bermaksud seperti itu !” dia menyodorkan jus kepadaku, aku menatapnya. Apa yang dia lakukan barusan seperti kebiasaan Jae Joong dulu.
            “In Ha?” Yoo Chun heran melihatku yang bengong di hadapannya.
            “Eh … ya, tidak apa-apa ! asal kau janji tidak akan mengulanginya lagi.    
            “Em … besok ‘kan hari minggu, bagaimana kalau kita keluar kota? aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.” ajaknya. Aku menatapnya tajam, berani-beraninya dia mengajak gadis yang tidak begitu percaya padanya ke luar kota
            “Eh … aku tidak akan macam-macam, Yoo Mi ikut kok’ justru ide ini berasal dari dia.” jawabnya. Boleh juga, daripada tinggal di apartment terus ‘kan bisa bosan. Sedikit liburan akan mengurangi kepenatanku, aku pun menerima usulnya.
            Esoknya aku menunggu Yoo Chun dan Yoo Mi di tepi jalan, namun saat mobil Yoo Chun berhenti di depanku, aku tidak melihat Yoo Mi.
            “Yoo Mi tiba-tiba terserang diare sehingga tidak bisa ikut!” Yoo Chun menjelaskan padaku. Gawat… Yoo Mi pasti menjebakku, dia sengaja membatalkan kepergiannya karena ingin membuatku berduaan dengan kakaknya. Dasar… aku tertipu mentah-mentah!
            Dengan terpaksa aku pergi bersama Yoo Chun, hanya berdua! Tenang… aku bisa taekwondo dan hopkido, kalau Yoo Chun macam-macam tinggal sikat. Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan pemuda itu. Deg, jantungku berpacu kencang, aku tidak menyangka dia membawaku ke tempat ini. Tubuhku gemetaran, mataku panas ingin menangis, sakit… sakit… sakit sekali.
“Ayo ikut aku, di dalam sana ada sebuah danau, indah sekali! Aku yakin kau pasti akan suka.” ajak Yoo Chun penuh semangat. Setelah sampai di tepi danau, entah mengapa tubuhku terasa lebih berat, air mataku pun jatuh tetes demi tetes.
“Bagaimana indah bukan?” tanyanya. Dia sangat terkejut saat melihatku terduduk lemas di atas rerumputan sambil sesekali menyeka air mataku. “Kau kenapa?” tanyanya bingung.
“Bawa aku pulang! Aku tidak mau berada di tempat ini lebih lama lagi.” hiks, aku menangis sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku. Setahun yang lalu di tempat ini, aku dan Jae Joong akan melangsungkan pernikahan. Semua telah kutata dengan sempurna, mawar putih menghiasi tirai dan altar pernikahan kami dan boneka beruang raksasa berada di pintu masuk untuk menyambut para tamu. Semua begitu sempurna namun Jae Joong tidak datang, hiks. Di batu besar di tepi danau dengan setia aku menunggunya ditemani mawar-mawar dan beruang itu, namun dia tetap tidak datang. Lukaku kembali terbuka, sakit… sekali.
Selama perjalanan pulang aku tertegun tidak percaya, kenapa semua hal yang dilakukan Yoo Chun pasti membuka kembali kenanganku bersama Jae Joong. Kupandangi Yoo Chun yang serius menyetir dari samping, kenapa aku merasa dia mirip Jae Joong?
“Apa danau tadi mengingatkanmu pada sesuatu yang menyakitkan?” tanya pemuda itu tiba-tiba sehingga aku sendiri kaget.

“Ya, sangat menyakitkan. Yoo Chun… kau temanku ‘kan? Tolong jangan lakukan sesuatu yang mengingatkan aku pada hal yang sangat ingin kulupakan!” aku tahu Yoo Chun juga tidak mengerti apa-apa, dia juga pasti tidak punya niat untuk menyakitiku. 



I am Holding Back the Tears
to be continued ...


No comments:

Post a Comment